What Time Is It?

What Time Is It?
Family of Natural Science 5

Kamis, 20 Desember 2012

Cerpen; Don't Say Goodbye


Jangan Tinggalkan Aku
 Astri Sulastri 
                3 September 2011, Chiko mengakhiri hubunganya dengan pacarnya. Dunia serasa hampa baginya, bagaikan daun yang terhembus angin pikirannya hanya mengikuti arah hembusan angin itu. Hidup di dunia serasa tidak berarti baginya, dia sangat putus asa karena kandasnya hubungan dia dengan pacarnya. Chiko sangatlah perempuan yang sabar dan pengertian, sekalipun pacarnya bertindak kasar padanya dia tidak pernah mengeluh. Sampai akhirnya kesabaran Chiko tidak berarti lagi bagi pacarnya, dan hubungan mereka berakhir.
                Chiko sempat trauma untuk mulai menjalani sebuah hubungan, sambil duduk di taman kampus dia terus berfikir tanpa henti, apakah dia berhak untuk memulai berhubungan dengan orang lain atau tidak. Pemikirannya yang begitu panjang dan global, tidak memberikan kesempatan pada seorang pria disampingnya untuk mengatakan bahwa dirinya sudan 30 menit disampingnya. Raut muka Chiko yang terkejut membuat pria yang bernama Jun itu terheran-heran. Jun berusaha menjelaskan pada Chiko bahwa maksud dirinya menemui Chiko adalah untuk mengajaknya mengerjakan tugas meteorologi secara bersama-sama. Dengan mimik muka yang masih terkejut Chiko tidak menolak ajakan itu. Sehari dua hari suasana diantara mereka masihlah sangat wajar seperti partner kerja lainnya. Tapi lama kelamaan hubungan pertemanan mereka sedikit berbeda. Awalnya Chiko merasa sangat nyaman berada di dekat Jun begitu juga Jun terhadap Chiko. Tapi pemikiran mereka sama, mungkin kenyamanan itu hanya sebatas partner kerja saja. Perlakuan Jun kepada Chiko sangatlah berbeda dari mantan pacarnya Chiko. Jun selalu membantu Chiko ketika dia berada dalam kesulitan. Setiap hari Chiko datang ke kosan Jun pun itu sudah biasa.
                Tanpa pernah mereka sadari bahwa mereka sering bertemu secara tepat waktu tanpa membuat janji terlebih dahulu. Ketika salah satu dari mereka telah datang dalam pertemuan, hal itu tidak menjadi masalah asalkan mereka tetap bertemu. “Bisakah besok kita bolos mengerjakan tugas meteorologi?” tanya Jun. “Kenapa? Tugas ini sudah hampir selesai, jangan dituda-tunda nanti kita semakin sibuk untuk mengerjakan tugas ini.” Jawab Chiko yang penasaran kenapa Jun tiba-tiba tidak mau mengerjakan tugas kuliah bersamanya. Ketika Jun mendengar jawaban Chiko, dia membuang nafas dengan sedikit berat.”Mungkin ada sesuatu hal yang mengganjalmu, apakah mugnkin karena sikap ku?” tanya Chiko sedikit gelisah. “Bukan karenamu kok, besok kita lanjutkan lagi tugas ini ya. Sekarang aku sedang tidak konsentrasi.” Jawab Jun dengan hati-hati.
                Keesokan harinya, seperti biasa Chiko datang ke Kossan Jun dan mengetuk pintu kossannya, “Jun....Jun ... what time is it? Kamu sudah bangunkan?”. “Chiko~” panggilan lembut dari Jun. “Masuklah, aku sudah bangun kok dari tadi. Sebagian tugasnya sudah aku kerjakan tadi malam. Hebat benarkan aku... hahaha” sapaan yang cukup panjang dari Jun pada Chiko, seolah-olah tidak ada yang terjadi sebelumnya. Sikap Jun yang seperti itulah yang membuat Chiko nyaman  berada didekatnya. Sejak pertemuannya dengan Jun yang secara tiba-tiba, dia sempat berfikir untuk memulai sebuah hubungan dengan orang lain, dan orang tersebut adalah Jun. Chiko sepertinya sudah terjangkit virus cinta akibat Jun, dan melupakan pengalamannya yang gagal dalam menjalani sebuah hubungan.
                “Chiko, apapun kesulitanmu beritahulah aku. Kapanpun kamu membutuhkan bantuan, beritahulah aku. Ketika kamu kesepian beritahulah aku. Dan Jangan pernah bersenang-senang tanpa aku ya...” kata-kata manis yang terucap dari mulut Jun sangat menenangkan hati Chiko. Sepertinya apapun yang dikatakan Jun dia begitu percaya padanya.
                3 Desember 2011, seperti biasa Jun dan Chiko sedang asik mengerjakan tugasnya bersama. Hari itu terasa penuh dengan kebahagian, senyuman dimana-mana. Mereka mengerjakan tugas dengan senang hati tanpa ada beban, selalu ada canda tawa diantara keduanya. Ketika mereka sedang asik bercanda gurau, seorang perempuan cantik, dewasa berdiri tepat di depan pintu kossan Jun, suasana berubah diikuti dengan raut muka Jun yang sedikit memburuk, menggambarkan raut kerinduan bukan kekecewaan atau penyesalan. Disitu malah raut muka Chiko yang sedikit kecewa. Entah kenapa suasana yang penuh canda gurau sebelumnya jadi berubah menjadi hening, seakan hanya suara jam yang berdetak dapat terdengar secara jelas. Setelah itu Jun mendekati perempuan itu dengan langkah berat dan sedikit kaget. “Jun...” perempuan itu memanggil nama Jun. “Hana, Ha..aa...naa.. apa kau benar Hana yang ku kenal?” tanya Jun terpatah-patah. Tak lama setelah percakapan pendek itu, Jun mendekati perempuan itu dan memeluknya didepan Chiko. Betapa hati Chiko hancur bagai karang diterpa ombak dan hancur berkeping-keping, serasa dia ingin lari, menangis sambil berterik sekencang mungkin. Chiko masih tidak percaya benar tentang prilaku Jun yang dilakukan dihadapannya. Dia sangat terkejut, benar-benar shock. 
                Setelah kejadian itu Chiko beruasaha tegar untuk menanyakan hal itu pada Jun, tapi Jun bertindak seolah-olah bahwa dia tidak mengenal Chiko. Jun yang mungkin terlampau bahagia karena pertemuannya dengan pacarnya yang menghilang tanpa kabar,  waktu itu dia tidak memikirkan perasan Chiko yang selama ini bersamanya dalam susah senang mengerjakan tugas meteorologi. Betapa hancurnya hati Chiko dengan sikap Jun yang seperti itu kepadanya. Ingin rasanya Chiko mengungkpakan isi hatinya pada Jun, ingin rasanya dia berteriak sambilmengatakan “Jangan tinggalkan aku Jun, jangan tinggalkan aku...”. Chiko adalah seorang perempuan yang hatinya akan menjadi butiran debu dan siap tertepa angin, menghilang. Jun yang senang akan pertemuannya kembali dengan pacarnya, dan Chiko perempuan yang harus menelan nasib buruk dalam menjalani hubungan.