Jangan Tinggalkan Aku
Astri
Sulastri
3 September 2011, Chiko
mengakhiri hubunganya dengan pacarnya. Dunia serasa hampa baginya, bagaikan
daun yang terhembus angin pikirannya hanya mengikuti arah hembusan angin itu.
Hidup di dunia serasa tidak berarti baginya, dia sangat putus asa karena
kandasnya hubungan dia dengan pacarnya. Chiko sangatlah perempuan yang sabar
dan pengertian, sekalipun pacarnya bertindak kasar padanya dia tidak pernah
mengeluh. Sampai akhirnya kesabaran Chiko tidak berarti lagi bagi pacarnya, dan
hubungan mereka berakhir.
Chiko
sempat trauma untuk mulai menjalani sebuah hubungan, sambil duduk di taman
kampus dia terus berfikir tanpa henti, apakah dia berhak untuk memulai
berhubungan dengan orang lain atau tidak. Pemikirannya yang begitu panjang dan
global, tidak memberikan kesempatan pada seorang pria disampingnya untuk
mengatakan bahwa dirinya sudan 30 menit disampingnya. Raut muka Chiko yang
terkejut membuat pria yang bernama Jun itu terheran-heran. Jun berusaha
menjelaskan pada Chiko bahwa maksud dirinya menemui Chiko adalah untuk mengajaknya
mengerjakan tugas meteorologi secara bersama-sama. Dengan mimik muka yang masih
terkejut Chiko tidak menolak ajakan itu. Sehari dua hari suasana diantara
mereka masihlah sangat wajar seperti partner kerja lainnya. Tapi lama kelamaan
hubungan pertemanan mereka sedikit berbeda. Awalnya Chiko merasa sangat nyaman
berada di dekat Jun begitu juga Jun terhadap Chiko. Tapi pemikiran mereka sama,
mungkin kenyamanan itu hanya sebatas partner kerja saja. Perlakuan Jun kepada
Chiko sangatlah berbeda dari mantan pacarnya Chiko. Jun selalu membantu Chiko
ketika dia berada dalam kesulitan. Setiap hari Chiko datang ke kosan Jun pun
itu sudah biasa.
Tanpa
pernah mereka sadari bahwa mereka sering bertemu secara tepat waktu tanpa
membuat janji terlebih dahulu. Ketika salah satu dari mereka telah datang dalam
pertemuan, hal itu tidak menjadi masalah asalkan mereka tetap bertemu. “Bisakah besok kita bolos mengerjakan tugas
meteorologi?” tanya Jun. “Kenapa?
Tugas ini sudah hampir selesai, jangan dituda-tunda nanti kita semakin sibuk
untuk mengerjakan tugas ini.” Jawab Chiko yang penasaran kenapa Jun
tiba-tiba tidak mau mengerjakan tugas kuliah bersamanya. Ketika Jun mendengar
jawaban Chiko, dia membuang nafas dengan sedikit berat.”Mungkin ada sesuatu hal yang mengganjalmu, apakah mugnkin karena
sikap ku?” tanya Chiko sedikit gelisah. “Bukan
karenamu kok, besok kita lanjutkan lagi tugas ini ya. Sekarang aku sedang tidak
konsentrasi.” Jawab Jun dengan hati-hati.
Keesokan
harinya, seperti biasa Chiko datang ke Kossan Jun dan mengetuk pintu kossannya,
“Jun....Jun ... what time is it? Kamu
sudah bangunkan?”. “Chiko~” panggilan lembut dari Jun. “Masuklah, aku sudah bangun kok dari tadi. Sebagian tugasnya sudah aku
kerjakan tadi malam. Hebat benarkan aku... hahaha” sapaan yang cukup
panjang dari Jun pada Chiko, seolah-olah tidak ada yang terjadi sebelumnya.
Sikap Jun yang seperti itulah yang membuat Chiko nyaman berada didekatnya. Sejak pertemuannya dengan
Jun yang secara tiba-tiba, dia sempat berfikir untuk memulai sebuah hubungan
dengan orang lain, dan orang tersebut adalah Jun. Chiko sepertinya sudah
terjangkit virus cinta akibat Jun, dan melupakan pengalamannya yang gagal dalam
menjalani sebuah hubungan.
“Chiko, apapun kesulitanmu
beritahulah aku. Kapanpun kamu membutuhkan bantuan, beritahulah aku. Ketika
kamu kesepian beritahulah aku. Dan Jangan pernah bersenang-senang tanpa aku
ya...” kata-kata manis yang terucap dari mulut Jun sangat menenangkan hati
Chiko. Sepertinya apapun yang dikatakan Jun dia begitu percaya padanya.
3 Desember 2011, seperti
biasa Jun dan Chiko sedang asik mengerjakan tugasnya bersama. Hari itu terasa
penuh dengan kebahagian, senyuman dimana-mana. Mereka mengerjakan tugas dengan
senang hati tanpa ada beban, selalu ada canda tawa diantara keduanya. Ketika
mereka sedang asik bercanda gurau, seorang perempuan cantik, dewasa berdiri
tepat di depan pintu kossan Jun, suasana berubah diikuti dengan raut muka Jun
yang sedikit memburuk, menggambarkan raut kerinduan bukan kekecewaan atau
penyesalan. Disitu malah raut muka Chiko yang sedikit kecewa. Entah kenapa
suasana yang penuh canda gurau sebelumnya jadi berubah menjadi hening, seakan
hanya suara jam yang berdetak dapat terdengar secara jelas. Setelah itu Jun
mendekati perempuan itu dengan langkah berat dan sedikit kaget. “Jun...” perempuan itu memanggil nama
Jun. “Hana, Ha..aa...naa.. apa kau benar
Hana yang ku kenal?” tanya Jun terpatah-patah. Tak lama setelah percakapan
pendek itu, Jun mendekati perempuan itu dan memeluknya didepan Chiko. Betapa
hati Chiko hancur bagai karang diterpa ombak dan hancur berkeping-keping, serasa
dia ingin lari, menangis sambil berterik sekencang mungkin. Chiko masih tidak
percaya benar tentang prilaku Jun yang dilakukan dihadapannya. Dia sangat
terkejut, benar-benar shock.
Setelah
kejadian itu Chiko beruasaha tegar untuk menanyakan hal itu pada Jun, tapi Jun
bertindak seolah-olah bahwa dia tidak mengenal Chiko. Jun yang mungkin
terlampau bahagia karena pertemuannya dengan pacarnya yang menghilang tanpa
kabar, waktu itu dia tidak memikirkan
perasan Chiko yang selama ini bersamanya dalam susah senang mengerjakan tugas
meteorologi. Betapa hancurnya hati Chiko dengan sikap Jun yang seperti itu
kepadanya. Ingin rasanya Chiko mengungkpakan isi hatinya pada Jun, ingin
rasanya dia berteriak sambilmengatakan “Jangan
tinggalkan aku Jun, jangan tinggalkan aku...”. Chiko adalah seorang
perempuan yang hatinya akan menjadi butiran debu dan siap tertepa angin,
menghilang. Jun yang senang akan pertemuannya kembali dengan pacarnya, dan
Chiko perempuan yang harus menelan nasib buruk dalam menjalani hubungan.
unyu unyu kayak aku ih hahahhahahahahah
BalasHapus